Bukan karena aku tidak tahu cara menghapusnya, tapi karena aku belum rela. Rasanya terlalu berat untuk menyingkirkan satu-satunya hal yang tersisa dari kamu, senyumanmu di foto itu. Manis banget, dan jujur… masih bisa bikin aku berhenti di tengah hari cuma buat ngelihatinya sebentar, kayak berharap kamu masih di sini, kayak dulu.
Pesan-pesan dari kamu? Masih aku baca, diam-diam, di malam-malam yang sunyi. Kadang aku ketawa sendiri, kadang sesak tiba-tiba. Maaf ya, aku belum bisa hapus semua itu. Karena kalau aku hapus, aku kehilangan semua yang pernah kita punya. Gak ada lagi bukti kalau kita pernah sedekat itu, pernah sesering itu saling cari kabar, saling tunggu, saling sapa.
Orang bilang aku harus move on. Tapi mereka gak tahu rasanya punya seseorang yang bahkan belum pernah benar-benar jadi milik, tapi kehilangannya sesakit ini. Kamu nggak sadar, tapi kamu pernah jadi bagian dari harapan-harapan yang aku bangun setiap hari. Jadi rumah yang aku tuju dalam doa. Tapi sekarang, aku cuma bisa duduk sendiri, menatap layar, berharap kamu sesekali ingat… kalau ada seseorang yang masih menyimpan semua tentangmu, karena terlalu sayang untuk melepaskannya.