Aku sudah menempuh segalanya.
Menuruni ego, mendaki harapan,
menyusuri setiap kemungkinan kecil yang mungkin membawa kita pada kata kita.
Tapi ternyata, tak semua pendakian berujung pada pemandangan indah yang bisa dinikmati berdua.
Puncak tertinggi dari mencintaimu ternyata bukan memilikimu,
melainkan merelakanmu pergi dengan doa yang tak pernah berhenti.
Aku berdiri di titik paling tinggi dari rasa sakit, dan justru di sanalah aku belajar untuk tersenyum dalam diam.
Mengikhlaskanmu bukan karena aku menyerah,
tapi karena aku akhirnya mengerti,
bahwa seseorang bisa begitu kita cintai,
tanpa harus kita genggam seumur hidup.
Dan kalau suatu hari kamu bertanya…
kenapa aku tak lagi berlari mengejarmu,
jawabannya sederhana, karena aku sudah sampai di puncak.
Puncak tertinggi tempat di mana aku belajar mengikhlaskan tanpa dendam, dan mencintai tanpa berharap kembali.