Orang yang tak pernah benar-benar pergi dari pikiranku, meskipun jarak sudah memisahkan, meskipun waktu sudah mengikis semua alasan untuk bertahan. Aku tidak pernah mengucapkan apa-apa, bahkan sekadar “hai” terasa seperti gunung yang harus kupanjat.
Aku mengenalnya sejak lama. Dulu, kami sering berbicara, tertawa, saling melempar candaan seolah dunia hanya milik kami berdua. Tapi semua itu berhenti ketika halaman hidup kami berganti. Sekarang, aku hanya berani mencuri pandang dari jauh. Melihat punggungnya yang kian asing, mendengar suaranya yang hanya sesekali lewat.
Lucu ya, bagaimana seseorang bisa begitu berarti, walau tak pernah tahu bagaimana seseorang bisa tinggal di hatimu, meski tak pernah punya kunci untuk masuk ke dunianya.
Dia bukan siapa-siapaku sekarang, tapi entah kenapa, setiap kali aku mencoba melupakan, aku justru semakin ingat.
Karena dia... adalah alasan kenapa hatiku bertahan sejauh ini.
Walaupun tidak bisa dimiliki, dia tetap akan abadi setidaknya di cerita ini.