Aku masih ingat betul, pertama kali kamu memanggilku dengan "Mas".
Entah kenapa, panggilan itu terdengar berbeda saat datang darimu.
Bukan sekadar kata, bukan juga basa-basi tapi seperti ada rasa yang terselip di dalamnya.
Lembut, hangat, dan membuatku merasa… diakui. Dianggap. Dimiliki, meski tidak pernah benar-benar jadi milik.
Saat kamu menyebutku "Mas",
rasanya seperti kamu sedang membuka pintu kecil di hatimu dan mempersilakan aku masuk, walau hanya sebentar.
Panggilan itu sederhana,
tapi bagiku, itu adalah caramu membiarkanku merasa cukup…
cukup penting untuk disebut dengan penuh kelembutan,
cukup berarti untuk diperlakukan dengan sedikit lebih hangat.
Dan sampai hari ini,
aku masih mengingat cara kamu mengucapkannya dengan senyum kecil, dengan nada yang tidak tergesa-gesa, seolah ingin membuat waktu berhenti sebentar.
Tapi waktu terus berjalan, dan sekarang aku hanya bisa memanggilmu dalam hati, tanpa pernah lagi mendengar panggilan itu darimu.
Kalau nanti kita bertemu lagi…
dan kamu masih sudi menyebutku dengan panggilan yang sama,
maka aku akan tahu, beberapa rasa memang tidak pernah benar-benar hilang, hanya dipendam rapi.