Pertanyaan itu terdengar sederhana,
tapi bagiku, jawabannya membawa ribuan kenangan yang tak bisa dijelaskan hanya dengan kata “pernah”.
Aku diam sejenak,
lalu bayangan tentang dia perlahan muncul di kepalaku
seorang gadis, dengan enam huruf dalam namanya.
Bukan hanya nama, tapi tiap hurufnya seperti mewakili kenangan,
waktu, dan rasa yang dulu begitu hangat.
Dia tidak tahu,
betapa dalam aku menyimpan perasaanku untuknya.
Betapa setiap percakapan kecil dengannya adalah hal yang kutunggu-tunggu.
Dan betapa saat ia menyebut namaku dengan nada lembut,
itu sudah cukup membuatku tersenyum satu hari penuh.
Namanya mungkin biasa saja untuk orang lain,
tapi untukku,
itu adalah nama yang membuat dadaku sesak setiap kali disebut.
Bukan karena benci,
tapi karena rindu yang tidak pernah tahu tempat untuk pulang.
Aku tidak pernah benar-benar menyatakan semuanya.
Mungkin karena takut,
atau mungkin karena sadar
cinta tidak selalu harus diutarakan,
apalagi jika itu hanya akan membebani seseorang yang sedang bahagia tanpamu.
Kini, ketika aku ditanya apakah aku pernah jatuh cinta,
aku tidak akan menjawab “ya” atau “pernah”.
Aku hanya akan tersenyum kecil,
menunduk, dan berkata dalam hati:
“Ada seseorang... dengan enam huruf di namanya,
yang pernah membuatku percaya bahwa cinta diam-diam juga bisa sedalam ini.