Karena bagiku, mencintaimu bukan sekadar perasaan, tapi pilihan yang kupilih setiap hari, meski kamu tak pernah benar-benar melihatnya.
Aku mencintaimu dalam diam yang panjang,
dalam jarak yang tak pernah bisa kudekati sepenuhnya.
Aku hadir di balik layar hidupmu,
bukan sebagai pemeran utama,
bahkan bukan figuran, hanya penonton
yang berharap kamu sesekali menoleh ke arahku.
Aku menyimpan namamu dalam tiap doa,
dalam harapan yang tak pernah reda meski berkali-kali patah.
Aku mencoba menjadi tempatmu pulang,
tempatmu tenang…
meski kamu tak pernah benar-benar ingin tinggal.
Aku tak minta kau mencintaiku sama besarnya.
Aku hanya ingin diterima, dihargai, dianggap cukup.
Namun jika untuk sekadar itu saja kamu tak mampu,
mungkin memang aku harus melepaskan.
Bukan karena aku berhenti mencinta,
tapi karena aku mulai belajar menghargai diriku sendiri.
Aku lelah menjadi satu-satunya yang percaya akan "kita",
padahal sejak awal, "kita" bahkan tidak pernah benar-benar ada.
Jadi jika kamu tanya kenapa aku perlahan menghilang,
itu bukan karena aku ingin menyerah,
tapi karena aku sadar…
memperjuangkan seseorang yang bahkan tidak memilihmu,
hanya akan meninggalkan luka yang lebih dalam.
Dan kalau harus menjalani hidup tanpa cinta,
maka biarlah, asalkan aku tak perlu terus-menerus berharap
pada hati yang tak pernah menyisakan tempat untukku.